Kontroversi Bispak ESIA


Jakarta - Bakrie Telecom mendapat kecaman keras dari banyak pihak saat merilis Esia Bispak sebagai jargon pemasaran terbarunya. Slogan "Bispak" yang berkonotasi negatif ini menjadi kontroversi.

Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi, menjadi salah satu pihak yang paling mengecam penggunaan nama tersebut sebagai jargon perusahaan.

"Apa tidak ada branding lain yang lebih baik, kenapa malah mempopulerkan kata "Bispak" yang konotasinya sudah negatif di masyarakat. Kalau Hidayah, misalnya, itu kan bagus," keluhnya melalui detikINET, Rabu (26/8/2009).

Heru mendesak, Bakrie segera mengganti slogan pemasaran dan iklannya agar tidak menjadi referensi operator lain untuk membalas dengan slogan yang lebih parah dan cenderung melanggar norma-norma di masyarakat.

Esia Bispak adalah program terbaru dari Bakrie Telecom untuk pelanggan prabayar Esia. Dengan sejumlah biaya untuk registrasi, pelanggan dapat mencoba tarif seluler milik operator seluler tiga besar tanpa harus menggunakan kartu perdana GSM baru.

Bispak sendiri merupakan singkatan dari "Bisa Pakai Tarif Mana Pun". Tarif yang ditawarkan adalah milik prabayar BASMI atau Bebas, As, Simpati, Mentari, dan IM3. Namun di kalangan masyarakat, kata "Bispak" alias "bisa dipakai" sangat identik dengan prostitusi.

Menanggapi kasus ini, konsultan telematika Ventura Elisawati juga ikut angkat bicara. "Penggunaan kata Bispak rasanya tidak pantas, terlebih dimunculkan di saat bulan suci Ramadhan."

Ventura juga menilai, iklan yang diusung Esia dalam program Bispak ini cenderung menyebarkan permusuhan, emosional, tidak akan memunculkan simpati, dan loyalitas jangka panjang pelanggannya. "Dan tak ada value edukasinya."



Kebablasan


Dalam peluncurannya di Wisma Bakrie, siang ini, Bakrie terang-terangan menggunakan kata Bispak untuk menyindir dan membanding-bandingkan tarif seluler Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo Pratama (XL) dengan tarif fixed wireless access miliknya.

Ketiga brand produk prabayar operator itu pun tak luput dijadikan parodi. Mentari dan IM3 punya Indosat menjadi Matahari dan I'm Sri. Bebas milik XL menjadi Bablas. Simpati dan Kartu As menjadi Simpatik dan Asal.

Selain parodi kartu, Bakrie juga mendatangkan mantan model iklan yang jadi ikon produk Indosat, yakni Titi Kamal dan Ivan Gunawan. Keduanya menggunakan baju warna kuning untuk meledek Indosat.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Dirut Bakrie Telecom Erik Meijer menilai apa yang dilakukan perusahannya masih dalam taraf wajar. "Saya kira suatu hal yang wajar di dunia telekomunikasi, operator saling menyerang satu sama lain. Kita juga sering diserang operator lain," katanya.

Sementara soal penggunaan kata "Bispak", Erik menegaskan kata itu hanya dipakai dan dirujuk untuk menunjukkan kartu Esia bisa digunakan untuk mencicipi tarif promosi tiga besar operator seluler.

"Istilah ini sempat diperdebatkan dalam internal kami. Namun kami semua akhirnya sepakat untuk tetap menggunakan istilah ini sebagai campaign kami. Buktinya, semua suka. Jika ada yang berpikir kata itu identik dengan istilah tidak mengenakkan, itu tergantung masing-masing individu," tandasnya.

Chief Marketing Officer Indosat, Guntur Siboro, tak mau ambil pusing dengan kontroversi ini. Meskipun produknya kerap jadi "sasaran utama" sindiran, Indosat pun menegaskan tak akan membalas dengan hal serupa.

"Esia yang marah banget sama XL, eh kita ikut kena getahnya. Esia memang sudah mau keluar dengan promo tarif lebih murah dari GSM, tiba-tiba XL keluar dengan promo tarif CDMA. Jadi Esia agak marah karena merasa rencananya bocor ke pihak lawan. Ya, rame deh nih bulan puasa," tandasnya. ( rou / wsh )

0 komentar:

Posting Komentar